Kamis, 03 Juni 2010

Soto Kesehatan

Gerobak soto itu terletak di perempatan gang kampung. Ada ember berisi air yang diletakkan di sebelah timur perempatan itu. Untuk memberi tanda, agar ember itu terlihat dari arah utara yang menandakan bahwa gerobak soto itu ada dan siap melayani pembeli.

Soto itu kuberi nama soto kesehatan bukan dilihat dari komposisi campuran antara kuah dan taoge plus bakmi putih juga suwiran daging ayamnya, tapi karena gerobak soto itu terletak di depan PUSKESMAS. Karena terlalu sering aku membeli soto di situ, seorang tetanggaku pernah nyeletuk, “Wah, beli soto kesehatan ya….”. Jadilah mulai saat itu, aku memberi julukan soto kesehatan.

Pedagangnya seorang ibu yang berperawakan gemuk dan berambut keriting yang berumur setengah baya. Aku selalu kagum dengan caranya melayani pembeli. Bukan dari gayanya mencampur adonan soto itu ataupun dari keramahannya, tapi dari cara dia melayani berapapun uang yang diberikan.

Di saat harga minyak yang melambung tinggi dan tentu saja menaikkan semua harga kebutuhan pokok, ibu penjual soto itu tetap mampu melayani uang limaratus yang diberikan padanya. Pembelian dengan uang duaribu rupiah adalah rekor harga yang tinggi.

Kadang, sehabis menyatap makanan soto itu, aku sering berpikir tentang keuntungan yang ibu penjual soto itu dapatkan. Bagaimana cara dia memutar kembali uang yang dia peroleh untuk mengembalikan modal. Jujur, sampai detik ini aku masih bingung dan kagum dibuatnya.

Ibu penjual soto itu mampu berjualan sekaligus berderma. Baginya mungkin berjualan hanya sekedar untuk membantu orang-orang yang membutuhkan sarapan dan perkara keuntungan adalah nomor sekian. Mungkin relasi dengan banyak orang, mampu membuat perut banyak orang menjadi kenyang adalah keuntungan yang berharga baginya.

Dan memang soto itu tidak pernah tersisa. Mulai berjualan pukul setengah delapan, biasanya pukul sebelas siang sudah mendorong gerobaknya untuk pulang. Tanpa obral janji dan iklan di televisi, soto itu sudah laris manis. Iklannya hanya melalui mulut ke mulut.

Aku hanya berpikir, seandainya para calon pemimpin negeri ini yang sedang sibuk mengobral janji lewat televisi itu mempunyai mental berderma dan mengutamakan kepentingan orang banyak seperti ibu penjual soto itu, pasti rakyat akan berbondong-bondong memilih mereka, tanpa harus susah payah mengeluarkan dana milyaran untuk beriklan.

Karena rakyat kecil seperti kami tidak butuh janji. Kami butuh bukti nyata. Kami butuh pemimpin yang mampu memanusiakan dan menyejahterakan rakyat kecil. Seperti ibu penjual soto itu, yang mampu menolong orang dan memanusiakan sesamanya.

sumber: yuliernawati.wordpress

Tidak ada komentar:

Posting Komentar